CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 15 Oktober 2008

“ Jangan Sakiti Saya Ya…”

“ Jangan Sakiti Saya Ya…”

Kamu. Kamu dan kaos oblong kamu.
Kamu. Kamu dan boxer lusuh kamu.
Kamu. Kamu dan jins buluk kamu.
Kamu. Kamu dan sisa puntung rokok kamu.
Kamu. Kamu dan kepolosan kamu.
Kamu. Kamu dan sisa kebengalan kamu.
Kamu. Iya, kamu yang sederhana.
Kamu. Kamu dan cara pikir kamu yang mengesankan.
Kamu. Kamu dan cara kamu mengerti saya.
Kamu. Kamu dan senyum manis kamu.
Kamu. Kamu dan cara gaya bicara kamu.
Kamu. Kamu dan cara kamu mempertahankan saya.
Kamu. Kamu dan cara kamu mengendalikan hati saya.
Kamu. Kamu dan hati kamu buat saya.
Kamu. Iya, kamu yang segalanya.
Kita. Kamu dan saya.
Saya. kamu dan segala kesederhanaan kamu yang saya cintai.

UOH.speechless sendiri gue dengan puisi yang gue bikin diatas. Gaya nulis kayak gini gue contek dari puisi Ninit Yunita buat Adhitya Mulya, tahu juga dari Onyet Jelek!
Udah lama banget rasanya gue gak bikin puisi. Berapa tahun yaa? I mean, puisi yang gue bikin dari hati.
Bagi lelaki, gak ada yang lebih dicintainya, daripada wanita yang mau sayang sama dia apa adanya. Dan jawaban iya, slalu gue dapet dari mulut cowok sendiri.
Cowok akan menjadikan ceweknya ’hidup’nya, kalo sang cewek bisa bener-bener liat mereka apa adanya. Cewek yang memandang mereka bukan karena sesuatu yang sengaja dibikin ’ada’. Tapi dari ketiadaan yang apa adanya itu, sang cewek bisa nerima. Bukan cewek yang bilang ’sayang’ saat si cowok tampil keren, dengan mobil mentereng, baju bagus dan bermerek, tapi cewek yang akan tetap bilang SAYANG saat si cowok Cuma punya motor bebek biasa yang selalu harus bersusah payah berteduh berdua kalo lagi hujan turun, dan cewek yang bisa tetap tak lepas pandangannya walaupun si cowok Cuma pake kaos oblong dan boxer butut kesayangan dia yang udah sobek disana sini.

Dia slalu berkaca-kaca saat cerita tentang gue. Dia slalu berkaca-kaca tentang gimana ngarasa bahagianya dia punya gue, yang bisa sayang sama dia apa adanya. Bener-bener apa adanya. Yang bisa tetap bertahan dengan segala susah, unik, aneh, dan indahnya hubungan kita yang punya berdua. Yang bisa tetap setia walaupun, gue isengnya minta ampun. Memang gue bener tulus sayang sama dia. Jujur, gue suka dia bukan karena dia ganteng mirip Tora Sudiro seperti yang sering gue bilang ke orang-orang. Dia gak ganteng kok, beneran. Bukan karena dia dari keluarga yang serba berkecukupan, tapi karena cara pikirnya bahwa semua harta itu bukan punya dia, tapi punya orang tua dia, dan dia gak mau berpenampilan berlebihan untuk itu. Dia itu sederhana banget. itu aja alasan buat semuanya.
Dan segala kelebihan dan ’kesempurnaan’ yang dia pikir tentang gue. Itu bikin dia semakin berpikir, emang semakin susah untuk buat gue terus bersama dia. Tapi let see, sampe detik ini gue gak pernah kemana-mana. Selama dia masih begitu ‘sederhana’. Selama dia msih tahu benar cara mempertahankan gue.

Gue : “ besok kamis terakhir mid ya? Saya slalu doakan kamu biar ujian kamu lancar. Semangat ya? “
Pacar : “ makasih ya. Saya tahu kamu juga sekarang lagi sibuk sama project-project kamu. Jaga kondisi ya? Jangan sampe sakit lagi.”

UOH.itu percakapan gue sama pacar via sms semalem. Entah kenapa, sekarang dia begitu serius. Begitu takut gue pergi. Padahal gue gak juga gak kemana-mana. Jika gue sayang sama dia. Dia bahkan lebih. Bagi sebagian orang itu beban, tapi buat gue, itu lebih ke tanggung jawab. Tanggung jawab hati, tanggung jawab moral. Dan untuk dia gue gak mungkin nyakitin.

“ Jangan sakiti saya ya?” itu yang slalu dia minta ke gue belakangan ini. Kedengaran sinetron banget sih emang, tapi bagi gue itu Cuma sekedar permintaan tulus seorang cowok ke ceweknya. Gak usah berbelit-belit. Tapi bagi gue itu udah mencakup segalanya.

Dan saya tidak pernah kemana-mana. Kamu rumah terindah saya. You always give me a heaven on earth.

0 komentar: